.:: 5th Anniversary Fiction {Super Junior} ::.

“Hingga saatnya seluruh dunia dipenuhi oleh Sapphire Blue, Sampai saat itulah Super Junior akan terus ada di atas panggung untuk menampilkan yang terbaik”.  [Super Junior Leeteuk]

“Ada kalanya, aku merasa takut untuk berdiri di atas panggung, karena aku berpikir..itu bukan tempatku berada.  Tapi teriakan para fans yang bisa membuatku yakin, bahwa aku memang ditakdirkan untuk menyanyi di sini, dan bahagia bersama mereka”.  [Super Junior Kyuhyun]

“Impian?  Aku selalu bermimpi untuk merasakan perasaan seorang fans.  Aku ingin ikut mengantri bersama orang banyak, dan menonton penampilanku untuk melihat, “apakah aku sudah cukup baik untuk mendapat kasih sayang dari mereka?”. [Super Junior Donghae]

*****

Pernah merasa hidup ini tidak adil karena kau hanya bisa melihat idolamu hanya dari layar kaca?

Pernah kau berpikir untuk  bekerja part time demi menonton konser idolamu dengan tujuan ingin melihat mereka lebih dekat, biarpun pada kenyataannya kau tetap tak bisa menyentuh tangannya atau berkenalan dengan mereka?

Pernah kau mengucapkan nama idolamu di setiap do’a sebelum tidur?

Pernah kau tersenyum bahagia di pagi hari hanya karena idolamu ikut menghiasi mimpi indah saat kau tertidur pulas?

Pernah kau rela menunggu hingga larut malam demi menjadi orang pertama yang melihat penampilan idolamu dalam album baru mereka?

Pernah kau merasa ingin menyentuh tangan mereka?

Maukah kalian menyemangati mereka saat ia menitikkan air mata sedih?

Maukah kalian memeluk mereka saat nama groupnya disebut sebagai pemenang sebuah Award yang bergengsi?

Dan apa yang akan kalian lakukan untuk mewujudkan semua impian itu?

*****

Jakarta Timur, Jum’at, 7 Mei 2010, 06.00 WIB

Sorry Sorry Sorry Sorry..Naega Naega Naega..


Aku meraba-raba sekeliling kasur dengan mata yang masih terpejam, mencoba untuk meraih handphone milikku-yang-entah-dimana. Beberapa detik selanjutnya, aku masih terus meraba dengan mata terpejam dan suara alarm itu makin terdengar kencang.  Aissh, dimana handphone itu?

Aku membuka mata dengan kesal dan mengambil handphone-yang-ternyata-ada-di-atas bantalku ini, kemudian segera mematikan alarm yang masih menyala.  Akhirnya suasana kembali tenang.

Aku menoleh pelan ke satu sisi dinding kamar yang terpampang beberapa poster bertuliskan Super Junior dan tersenyum ceria, “Annyeong oppadeul.  Happy Friday, isnt’ it?”, tanyaku pelan sambil memandang wajah mereka satu persatu.  Leeteuk, Heechul, Hankyung, Yesung, Kangin, Shindong, Sungmin, Eunhyuk, Donghae, Siwon, Ryeowook, Kibum dan Kyuhyun.  Ekspresi wajah mereka ber-13 tak pernah berubah, tetap tersenyum bahagia biarpun aku melontarkan pertanyaan yang sama setiap pagi semenjak beberapa tahun ini.

Aku bangun dengan malas dan merapikan tempat tidurku kemudian segera memutar lagu First Snow dari winamp handphoneku. Sebuah lagu yang selalu mengawali pagiku dengan senyuman.  Tapi kali ini senyumanku terkembang beriringan dengan air mata yang mengalir dari pelupuk mataku.

Semua ini karena hal yang terjadi 6 jam yang lalu

*****

Jum’at, 7 Mei 2010, 00.02 WIB

Sepi, gelap dan kosong.

Hanya itu kata-kata yang terpikirkan dibenakku saat melihat penampilan mereka di layar komputerku.  Entahlah, rasanya kegelapan yang ada di teaser ini bukan hanya sekedar konsep belaka, tapi memang menjadi sebuah cerminan perasaan mereka yang sesungguhnya.

Dan aku merasa layar komputerku ini tiba-tiba menjadi sangat lebar, karena aku melihat banyak terdapat ruang kosong di teaser ini.  Padahal saat teaser Sorry Sorry release, aku merasa layar komputerku ini terasa kecil sekali.  Apa ini salah komputerku yang tiba-tiba menjadi lebih lebar tanpa sebab? Ah, tidak~  bukan itu, ini memang terjadi.  Ruang untuk 3 orang itu kini tergeser dan membuat segala hal ini benar-benar tak berarti.

Okay, aku tahu bahwa aku sama sekali tak punya hak untuk menghakimi penampilan mereka, tapi aku hanya kecewa.  Amat sangat kecewa.  Asal kau tahu, aku menunggu hingga selarut ini hanya untuk menjadi orang yang pertama melihat penampilan mereka dengan konsep yang baru.  Dan aku tahu jika Hankyung, Kangin juga Kibum tak akan ikut dalam album keempat ini, dan aku mencoba untuk menerima hal itu, tapi saat melihat kenyataan itu ada di teaser ini, rasanya segala egoku langsung memuncak.  Aku tak bisa munafik, aku memang belum bisa menerima segala kenyataan bahwa hanya 10 member inilah yang akan kembali menghiburku.  Aku menginginkan 13 orang itu kembali bersama.

Hei, coba kalian jawab pertanyaanku, “apakah aku salah untuk mengharapkan hal ini”?

Aku menghela nafas dalam-dalam dan mencoba untuk tak menangisi segala perubahan ini.  Karena aku tahu, tangisanku tak akan membuat dampak signifikan bagi mereka.  Bukankah lebih baik kita tersenyum untuk mendukung mereka ?

Aku mengangguk yakin dan akhirnya tersenyum simpul dan aku segera mendownload video ini.  Setidaknya, mereka bersepuluh terlihat tampan, terlebih untuk Kyuhyun.

*****

Jakarta Timur. Jum’at, 7 Mei 2010, 06.45 WIB

Harapan Global School, XII Social 1

“Pagi”, ucapku semangat dan teman-temanku langsung membalas sapaanku dengan ramah.  Aku langsung menaruh tasku di bangku dan segera menghampiri beberapa temanku yang sedang berkumpul di bangku depan.  Okay, ternyata topik yang mereka sedang bicarakan adalah : Justin Bieber.  Oh No, Thanks.  Lebih baik aku kembali ke bangkuku dan mendengarkan lagu dari album Miina yang kemarin baru sempat aku download.

Aku memasangkan earphone ke telingaku dan memutarkan tracklist di winamp handphone.  Aku memilih lagu secara acak dan ternyata sebuah lagu dengan judul My All Is In You langsung terputar dengan manis.  Aku memejamkan mata untuk menghayati lagu ini biarpun keadaan ramai riuh di kelasku ini sama sekali tak mendukung, tapi aku masih bisa tersenyum simpul setiap mendengar suara para member Super Junior yang mengalun indah.  Lagu ini…benar-benar bisa membuatku tenang dan merasa damai biarpun tengah berada di tengah keramaian.

Tanpa kusadari, air mataku kembali menetes saat mendengar suara mereka.  Aish..Ya Tuhan, I’m going crazy because of them! Bukankah ini adalah sebuah hal yang bodoh untuk menangisi  seseorang yang belum pernah kita temui?  Bukankah ini adalah sebuah rasa cinta yang berlebihan dan seharusnya aku tak boleh melakukan hal bodoh ini?

Tapi biarpun aku tahu ini adalah kebodohan besar, tetap saja aku tak bisa berhenti mencintai mereka.  Aku makin mencintai lesung pipi Leeteuk, senyum sinis Heechul, ketidakpahaman Hankyung mengenai bahasa Korea, keanehan yang ada pada diri Yesung, kekuatan Kangin, keimutan wajah Sungmin, sosok Eunhyuk saat sedang menari di atas panggung, sosok Donghae yang sangat mencintai ayahnya, sikap tenang yang dimiliki Siwon, kepolosan yang dimiliki Ryeowook, killer smile Kibum dan maknae evil Kyuhyun. Semakin aku mengetahui segala hal tentang mereka, semakin aku tak bisa berhenti mencintai mereka.  Dan aku bisa gila karena hal ini.  Aku tahu itu.

“Risa..”, seorang temanku menepuk bahuku dari belakang.  Aku segera menyeka air mata di pipiku dan menengok ke arahnya, “Ah, ada apa?”, tanyaku sambil menoleh ke arahnya dan melepaskan earphone dari telingaku.  Dia menatap sejenak ke wajahku, “Kau…menangis?”, tanyanya pelan.  Aku menggeleng dan tersenyum simpul, “Tidak.  Tadi ada debu yang masuk ke mataku”, sanggahku.  Ya, tak perlu ada yang tahu bahwa tangisanku ini selalu disebabkan oleh 13 pria yang bahkan belum pernah kutemui itu.

Temanku mengangguk paham dan berkata singkat, “Kau dipanggil ke ruang BK (Badan Konseling)”.  Aku mengerutkan kening saat mendengar kata-katanya, “Aku?  Kau tidak salah orang?”, tanyaku memastikan.  Selama 3 tahun aku sekolah disini, aku sama sekali tak pernah melakukan sebuah keonaran.  Lalu kenapa aku dipanggil ke ruang BK yang notabene dikenal sebagai tempat untuk para anak nakal?

Dia mengangkat bahu, “Entahlah.  Sebaiknya kau cepat pergi ke sana, karena sepertinya ada kondisi yang mendesak”, ucapnya dan akhirnya pergi meninggalkanku.  Aku berdiri dengan lemas dan perasaan takut, aishh…apa aku sudah melakukan kesalahan? Aku memang belum mengembalikan buku yang kupinjam dari perpustakaan sejak 1 tahun yang lalu karena buku itu sudah hilang entah dimana, tapi alasan itu tidak cukup kuat untuk membuatku dipanggil ke ruang BK bukan? (TT.TT)

Setelah menebak-nebak kesalahan apa yang telah kuperbuat, akhirnya aku sampai di depan ruang BK.  Sungguh, rasanya ruangan ini bagaikan sebuah gua yang amat menyeramkan!  Arghh, apa yang harus kulakukan sekarang?

Aku memberanikan diri untuk mengetuk pintu dengan perlahan dan seorang guru wanita yang berusia separuh baya langsung menengok ke arahku, “Risa Rizkia?”, tanyanya.  Aku hanya mengangguk pelan dan meneguk ludah dengan berat.  Aku benar-benar takut.

Beliau menyuruhku untuk masuk ke dalam ruangan dan mempersilakanku untuk duduk di sebuah sofa yang terasa amat tidak nyaman.  Aku masih memandang guru itu yang kini sedang berjalan ke sebuah lemari dan mengeluarkan sebuah amplop coklat berukuran sedang.  “Risa, apa kamu pernah mengirimkan surat rujukan untuk mengikuti seleksi pertukaran pelajar ke Korea?”, tanyanya sambil berjalan ke arahku.

Aku berpikir sejenak, “Pertukaran pelajar?”, gumamku ragu.  Setelah beberapa detik mencoba mengingat kembali, akhirnya aku mengangguk mengiyakan ucapannya barusan.  “Ya, saya pernah mengirimkan surat seleksi itu dan mengikuti tes tertulisnya.  Tapi…itu sudah lama sekali.  Mungkin hampir 3 bulan yang lalu”, jawabku pelan.

Beliau mengangguk paham, “Kenapa tak berkonsultasi kesini dahulu?  Kamu tahu bahwa seleksi pertukaran pelajar ini membawa nama instansi sekolah kita.  Setidaknya kamu harus memberitahu Ibu mengenai hal ini”, ucapnya dingin.  Aku hanya menunduk dalam, tak berani menatap mata lawan bicaraku ini.  “Saya tak mengatakan hal ini pada siapapun, bahkan ke orangtua saya sendiri.  Saya…hanya ingin mencoba kemampuan saja.  Lagipula saya yakin bahwa saya tak cukup pintar untuk melewati seleksi tertulis itu”, ucapku lirih.

Beliau mendesah pelan dan menyodorkan amplop berwarna coklat itu padaku, “Bukalah.  Disitu ada hasil seleksi yang kemarin kau ikuti”, ucapnya singkat.  Aku mengambil surat itu dan membukanya dengan perasaan ragu.  Tanganku benar-benar bergetar hebat saat aku mengambil selembar kertas itu dari dalam amplop.  Aku membaca tulisan yang tertera di surat itu dengan hati-hati dan mencerna setiap kata dengan penuh perhatian.

“Kami menunggu kedatangan anda pada hari Jumat, 7 Mei 2010 untuk mengikuti seleksi tahap kedua.  Selamat karena anda telah…berhasil lolos…seleksi?”, ucapan terakhirku menggantung karena aku bingung dengan ekspresi yang harus kukeluarkan.  Aku menatap guruku dengan pandangan blank, “Bu, maksudnya…saya lolos?”, tanyaku memastikan.

Beliau mengangguk sambil tersenyum bangga dan segera memelukku dengan erat, Sedangkan aku masih bingung dengan hal yang terjadi.  “Sekarang cepat ambil tas’mu dan kita segera pergi ke Gedung Kebudayaan.  Bukankah seleksi selanjutnya itu adalah hari ini?”, ucapnya mengingatkanku.  Aku membelalak lebar tak percaya, “Hari ini?  Tapi saya sama sekali belum mempersiapkan apapun”, ucapku takut.  Beliau mengelus kepalaku dan menjawab singkat, “Percayalah pada kemampuanmu sendiri, Risa”.

Aku mengangguk ragu dan meminta izin kembali ke kelas untuk mengambil tasku.  Selama perjalanan ke kelas, pikiranku benar-benar tidak terkontrol.  Seluruh syarafku benar-benar tak berfungsi sekarang, bahkan membuatku bingung untuk harus tertawa dan melonjak kegirangan atau harus menangis takut dengan seleksi selanjutnya?.  Entahlah, aku benar-benar tak tahu apa yang harus kulakukan sekarang.

Teman-teman menatapku heran saat aku berjalan keluar kelas dengan membawa tas sebelum jam sekolah berakhir.  “Ada urusan mendadak”, ucapku singkat saat semua pertanyaan itu menyerangku bertubi-tubi.  Mereka belum perlu tahu mengenai hal ini, biarkan aku berjuang dulu dan barulah mereka akan mengetahui hasil akhirnya.  Gagal atau Berhasil.

Guru BK telah menungguku di lapangan parkir dengan sebuah mini bus operasional milik sekolah, beliau menyuruhku untuk segera naik.  Dan disinilah aku berada sekarang, di minibus yang akan membawaku ke tempat seleksi selanjutnya.

Dadaku benar-benar bergemuruh hebat, jantungku berdebar kencang.  Aku benar-benar takut dan gugup.  Bayangkan saja, aku pergi ke tempat seleksi itu tanpa persiapan apapun.  Bahkan aku tak tahu jenis seleksi apa yang akan dilakukan disana.  Apa akan berupa seleksi tertulis lagi?  Atau malah tes fisik?

Aku mengeluarkan handphone dan kembali memasangkan earphone ke telingaku.  Lagi-lagi aku memilih lagu secara acak di dalam album Miina yang ada di tracklist handphoneku, dan kali ini yang mengalun adalah sebuah track berjudul Good Person. Aku memejamkan mata dan menyenderkan tubuhku supaya rileks di bangku bus ini.  Aku mencoba menghayati setiap melodi indah yang mengalun dari bibir mereka dan hal itu benar-benar bisa membuatku tenang.  Kali ini aku tersenyum saat mendengar lagu ini.  Ya, aku akan mencoba menjadi Good Person seperti yang mereka ucapkan disini.

Aku menguap pelan dan memperhatikan jalanan.  Rasanya masih cukup jauh untuk sampai di gedung kebudayaan, mungkin masih ada waktu untuk tidur sejenak.  Aku membayangkan wajah mereka bertigabelas sebelum rasanya pandanganku menjadi gelap dan tubuhku menjadi benar-benar ringan.

Niga joheumyuhn nado joha, ni ape geureul bomyuh..

Nawan nuhmoo dareun, nan chorahaejineun geu ege nuhl..

Bootakhandaneun mal bakke..

*****

Jakarta Timur, Jum’at, 7 Mei 2010, 09.30 WIB

Gedung Kebudayaan

Aku memandang ke sekeliling gedung dengan perasaan takut.  Seluruh anak yang ada di sini terlihat amat pintar.  Baju yang berwarna putih bersih, kacamata tebal yang menggantung elegan di hidung mereka dan tangan yang membawa sebuah buku berisi grammar Bahasa Inggris.

Sedangkan aku?.  Hanya memakai baju seragam yang agak kusam karena sudah dipakai selama 1 tahun, tas selempang berwarna abu-abu yang makin membuatku terlihat kusam, tanpa identitas apapun yang menandakan bahwa aku adalah seorang anak pintar yang bisa lolos tes seleksi ini.  Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan?

Bu Guru mengajakku untuk duduk di sebuah bangku panjang yang ada di pinggir ruangan.  Ada seorang gadis yang duduk di sampingku, tampaknya dia juga kelas 12.  Sama sepertiku.  “Boleh bertanya sesuatu?”, ucapku ragu padanya.  Gadis itu mengalihkan pandangannya dari buku dan menatap tajam kearahku, “Ya?”, jawabnya sinis.

Aku menelan ludah dengan berat, “Itu…test apa yang akan kita jalani sekarang?”.  Dia menatapku tak percaya, seakan-akan aku bertanya, ‘jenis kelamin ibu di seluruh dunia adalah perempuan, bukan?’.   Dia terkekeh pelan dan menjawab singkat, “Interview”.

Mataku langsung terbuka lebar, “Interview?”.  Dia mengangguk dan kembali membaca buku tebalnya.  Aku makin merasa gugup.  Arghh, aku sama sekali kaku dalam hal conversation seperti ini.  Kenapa harus ada test interview?

Seorang wanita keluar dari ruangan yang berada tak jauh dari kami.  Dia berkata lantang, “Risa Rizkia”.  Saat itu juga, tubuhku seakan benar-benar tak bernyawa.  Tapi aku masih berusaha untuk bangkit dan berjalan pelan ke menghampiri wanita itu.  “Risa?”, tanyanya.  Aku mengangguk lemah dan dia mengantarku masuk ke ruangan itu.

Di balik pintu itu sudah ada 3 pria berusia paruh baya dan seorang wanita yang terlihat masih muda.  Mereka mempersilakanku duduk di sebuah bangku yang menghadap langsung kea rah mereka.  Hal ini makin membuatku tegang karena aku merasa sebagai seorang tahanan yang akan diadili karena telah membunuh ribuan orang.

Salah satu dari pria itu membuka lembaran kertas yang ada dihadapannya, “Risa Rizkia, apa alasan yang membuat anda ingin mengikuti seleksi ini?”, tanyanya.

Aku berpikir sejenak, “Saya hanya ingin menguji kemampuan saya dan saya ingin…”, ahh..bukan, ini bukanlah alasanku yang sesungguhnya.  Aku bukan ingin menguji kemampuanku, tapi aku ingin… “menggapai mimpi saya”, ucapku akhirnya.

Sang penguji wanita terlihat tertarik dengan kata-kataku, “Mimpi?  Apa mimpi anda?”

“Mimpi saya adalah mendukung orang yang saya cintai secara langsung.  Selama ini saya hanya bisa mendengar suara mereka dan melihat mereka dari layar kaca.  Dari dulu saya berharap untuk bisa memperkecil jarak diantara kami, biarpun saya tahu bahwa jarak itu tetap tak akan pernah hilang”, jelasku.  Mereka berempat terlihat mengangguk paham.

“Lalu bagaimana dengan akademik?  Apa anda akan menjadikan mimpi anda sebagai prioritas tanda mempedulikan pendidikan saat anda sudah berada di sana?”, tanya pria lainnya.

Aku menggeleng singkat, “Tidak.  Saya tetap akan mencoba untuk menggali ilmu sebanyak-banyaknya saat telah berada di sana karena saya tahu bahwa orang yang saya cintai itu juga ingin melihat saya sebagai Good Person.  Mereka pasti juga ingin melihat diri saya yang berhasil disana.  Ya, saya yakin itu”, jawabku yakin.

Pria penguji yang terakhir membetulkan letak kacamatanya dan memperhatikanku dengan penuh penasaran, “Saya ingin tahu, siapa orang yang anda cintai dengan sebegitu besarnya?  Kekasih anda?”

Bukan.  Saya mencintai Super Junior”.

*****

Seoul, 5 November 2010, 23.00 KST

Aku menutup kotak kue dihadapanku dengan hati-hati.  Untuk terakhir kalinya aku memperhatikan ukiran diatas kue itu yang kutulis dengan krim vanilla.  Dan tersenyum puas.

Happy 5th Anniversary, Super Junior

Everlasting Love for 13elieve and prom15e

From : someone whom love ‘u so much


Aku menyampirkan jaket tebal ke tubuhku dan beranjak ke ranjang Nara, teman sekamarku di asrama.  “Nara-ya, ireona.  Ppali~”, aku mengguncangkan bahunya pelan.  Dia mengusap matanya dan mengerang sebal, “Uhmm, waeyo Risa-ya?  I’m so sleepy”.

Listen, I will go to one place.  And I’ll be back before One AM.  So, don’t lock the door. Arasseo?”, ucapku dan dia hanya menggumam pelan.  Aku tak yakin dia memahami kata-kataku barusan.

Akhirnya aku berjalan keluar sambil membawa kotak kue itu dan beranjak ke halte bus yang menuju ke dorm Super Junior.  Tak lama kemudian bus itu datang dan aku segera naik di bangku belakang.  Kubiarkan tubuhku menyender rileks di bangku dan kupejamkan mataku sejenak, membiarkan angin yang berhembus dari AC di dalam bis ini sedikit menenangkan pikiranku.

Sudah 2 bulan aku berada di Seoul untuk menjalani program pertukaran pelajar.  Haha, kalian juga tak menyangka bahwa aku akan melewati seleksi interview itu kan?.  Entahlah, aku juga masih tak mengerti kenapa para juri itu meloloskanku ditengah ratusan anak lainnya yang tampak lebih berbakat dan lebih pintar dibandingkan denganku.

Dan setelah sampai disini, aku harus menepati janjiku untuk berusaha menjadi Good Person.  Bukan begitu?.  :) Yah, biarpun agak sulit untuk mengejar segala pelajaran disini, tapi aku akan terus mencoba dan selalu mencoba untuk jadi yang terbaik seperti yang selalu oppadeul lakukan.

Bis berhenti di satu halte dan aku segera keluar sambil membawa kotak itu dengan hati-hati.  Aku memperhatikan bangunan apartemen mewah didepanku ini yang masih tampak sepi.  Aku melangkah pelan dan menaiki lift yang naik ke lantai 12.  Kupikir Leeteuk yang notabene adalah leader, dapat membagi porsi kue ini dengan lebih bijaksana. :D

Lift berhenti di lantai 12 dan aku beranjak ke sebuah ruangan yang ada di ujung lorong.  Di samping pintu itu sudah ada banyak coretan pulpen bertuliskan berbagai pujian dan kata cinta untuk para member.  Aku hanya tersenyum simpul dan menaruh kotak kue ini tepat di depan pintu.

Aku memperhatikan pintu yang terlihat kokoh ini.  Di balik pintu ini, terdapat pria yang amat kucintai dan kusayangi.  Dan jarak diantara kami yang dulu terasa amat jauh, kini hanya terhalang oleh sebuah pintu yang memisahkan antara duniaku dan dunia mereka.  Bukankah sudah kubilang, jarak diantara kami tak akan pernah bisa hilang.  Ya, aku tahu hal itu dan aku tak pernah menyesalinya.  Aku berusaha untuk mensyukurinya.

Aku menyeka air mata yang keluar dari pelupuk mataku dan mencoba untuk tersenyum simpul.  Aku membungkukkan badan kearah pintu dan berkata pelan, “Terima kasih atas segala mimpi yang telah kalian berikan padaku”.  Aku menghela nafas dengan berat sebelum berkata pelan, “Saranghae~”.

Nuguseyo?”, ucap sebuah suara dari sampingku.  Aku menoleh cepat dan melihat sosok 2 pria berperawakan tinggi itu memperhatikanku dari depan lift.  Aku menyipitkan mata karena tak bisa melihat dengan jelas sosok keduanya, mungkin saja itu petugas security yang akan segera menyuruhku untuk pergi dari sini?

Mereka berdua berjalan mendekatiku dan makin lama sosok mereka berdua makin terlihat jelas.  Dan saat sosok mereka tepat berada di hadapanku, lututku benar-benar terasa lemas.  Amat sangat lemas.  “Leeteuk?  Eunhyuk?”, desisku tak percaya.

Mereka menatapku heran dan pandangannya beralih ke kotak yang ada di depan pintu.  Eunhyuk mengambil kotak itu dan membukanya penasaran.  Ekspresi wajahnya langsung berubah saat melihat cake itu, “Is it from you?”, tanyanya memastikan.  Aku mengangguk pelan.  Tanganku pasti sudah sedingin es sekarang dan lututku kini bergetar hebat dan mungkin saja wajahku kini sudah pucat setengah mati.

Leeteuk menengok kearah kotak itu dan kemudian tersenyum simpul, “13elieve and prom15e.  Thank you, you still believe for it”, ucapnya singkat dan membungkukkan badannya pelan.  Aku hanya menggumam pelan, “I..still believe that..all of you..will be together again in one time.  I always believe for that”.

Leeteuk dan Eunhyuk saling berpandangan dan kemudian tersenyum tulus kepadaku, “Kamsahamnida.  It has a deep meaning for us”, ucap Eunhyuk dan kembali menutup kotak itu.  Leeteuk berjalan mendekatiku, “How old are you?”, tanyanya.  Aku menjawab lirih, “I’m 18”.

Eunhyuk menepuk bahu Leeteuk, “She’s 10 years younger than you.  So don’t disturb her, hyong”.  Leeteuk menggaruk kepalanya dan berakata pelan, “Ah~ It’s so unfortunate for me”, ucapnya ringan dan membuatku terkekeh pelan.

Tiba-tiba saja pintu di hadapanku ini terbuka dan muncullah sosok pria yang selama ini selalu menghiasi mimpiku, Kyuhyun.  “Hyong, why are you take a long time for walk just from lift to here?” , ucapnya pada Leeteuk dan Eunhyuk.  Tak lama kemudian dia menyadari kehadiranku, “Who is she?”, tanyanya.  Oh, aku benar-benar tak bisa menatap matanya!!  Aku bisa pingsan!!

Leeteuk menunjuk kotak kue yang dipegang oleh Eunhyuk, “She bring a cake for our anniversary”, jelasnya.  Kyuhyun mengangguk paham dan kemudian membungkuk sambil tersenyum kearahku, “Kamsahamnida”.

Eunhyuk berkata pada Leeteuk, “Why don’t we invite her to come in and celebrate our party?  It just as a…thanks, maybe?  Because she bring this cake for us in the middle of night”, ucapnya.  Aku hanya menganga lebar dan makin tak percaya saat Leeteuk mengangguk mengiyakan ucapan Eunhyuk dan Kyuhyun yang berkata, “Why not?”.

Dan disinilah aku berada sekarang, duduk di tengah kerumunan 10 pria yang dulu hanya bisa kulihat dari layar kaca atau layar komputer.  Mereka mengucapkan terima kasih dan memakan cake dariku dengan lahap, aku hanya tersenyum melihat kelakuan mereka.  Beberapa kali, aku mencubit pipiku sendiri untuk memastikan bahwa ini bukanlah mimpi atau khayalanku saja tapi tetap saja terasa sakit.  Ini berarti bahwa aku tidak sedang bermimpi kan?.

Donghae melirikku yang sedang mengelus pipiku yang memerah karena kucubit barusan, “What happen to you?”, tanyanya khawatir.  Aku hanya menggeleng dan tersenyum lebar, “Nothing.  I just realize that my dream is come true”.

Donghae mengangguk paham, “Dream comes true, huh?  Uhm, I believe that you have dreamt to see my handsome face, right?”, tanyanya percaya diri.  Aku mengangkat alis sejenak dan berkata pelan, “Sorry Donghae Oppa.  But, I’m Kyuhyunnie Oppa fans”.

See, hyong?!  I’m more famous than you!!”

Aku hanya tersenyum simpul saat melihat mereka berdua beradu mulut dengan seru, dan member lainnya yang sibuk memakan kueku.  :)

Thanks God for letting me love them all and thanks for make my dreams come true.

*****

Dedicated to : The stars that always shining in my heart

-Never get bored to believe 13elieve and prom15e-

{Crystal Cho}

7 Comments (+add yours?)

  1. hikachovy
    Nov 20, 2010 @ 11:33:28

    ngecees bacanya *o* andai itu jadi kenyataaaan…!!! berasa nyata malah.. *apaan sih?*
    FF-nya keren… *tepok2 tangan + kaki* *??* heheheh

    Reply

  2. specialgaem
    Nov 22, 2010 @ 19:17:50

    Ahahaha, qu jg pengennnn bgt bsa ngalamin hal nii, rae. *author mupeng sendiri* hahaha
    Gomawo yaa udah nyempetin baca :]

    Reply

  3. Neni
    Dec 18, 2010 @ 23:43:08

    Iri banget waktu baca ha9

    Reply

  4. rani
    Jan 14, 2011 @ 16:31:49

    aish.. ini beneran atau ff ya?
    kyak baca ulang diary milik aku sendiri
    kayak punya aura sendiri..
    *berasa ada yesung dibelakang*

    mupenk

    Reply

  5. Niesha 인은헤 Bummie
    Jan 26, 2011 @ 08:28:03

    TERHARUUUU~~ hiks… :’)
    omo… serasa nyata ffx… XD
    s’andainya emg nyata…

    Reply

  6. Love Kyu
    Jan 30, 2011 @ 12:53:50

    HUWAAA~!

    Author kayak tau aja isi hatiku,,,
    brasa jadi diri sendiri,, wkakaka ^^

    ah,, coba aku beneran kyk gitu,, sumpah,, pasti aku udah pingsan walo cuma liat tampang Leeteuk sm Eunhyuk,,, =3

    setuju sama author, kadang males sih pagi pagi dateng ke skolah dengerin orang nge gosip tentang JB,, mendingan dengerin lagu Suju aja,, wkwkwk XD

    Reply

  7. Chiyo
    Mar 26, 2011 @ 08:53:02

    woahhh.. you are my favourite author EVER!!! >.<

    Reply

Leave a comment